Wednesday, November 13, 2013

Kekerasan yang Dilakukan Orangtua dapat Mempengaruhi Psikologis Anak

Nama: Febe Bianca C.
NIM: 705130119

Kekerasan yang Dilakukan Orangtua dapat Mempengaruhi Psikologis Anak

     Kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orangtua sering kali terjadi di lingkungan sekitar. Anak memiliki hak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Orangtua seharusnya membimbing dan berperilaku baik untuk dicontoh oleh anak. Kekerasan dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor dari dalam diri si anak dan faktor dari orangtua atau lingkungan sekitar. Kekerasan yang dilakukan pada anak harus segera diatasi agar masa depan anak menjadi lebih baik.

Definisi Kekerasan
     Menurut Baker (dikutip dalam Huraerah, 2007) “kekerasan adalah perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu maupun kelompok” (h. 47). Ini berarti kekerasan adalah suatu perilaku yang merugikan dan membahayakan orang lain. Perilaku kekerasan ini sering dilakukan orangtua terhadap anaknya. Gelles (dikutip dalam Huraerah, 2007) mengemukakan bahwa “kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional” (h. 47). Orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anaknya sangat berdampak buruk pada kehidupan anak di kemudian hari.

Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Anak
     Menurut  Huraerah (2007) kekerasan terhadap anak dibagi menjadi empat bentuk. Pertama, kekerasan anak secara fisik adalah penganiayaan atau pemukulan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan alat-alat yang dapat menimbulkan luka fisik ataupun kematian pada anak. Biasanya kekerasan ini terjadi disebabkan oleh tingkah laku anak yang tidak disukai oleh orangtuanya, seperti anak rewel, menangis terus, merusak barang, ingin membeli mainan, buang air atau muntah sembarangan. Kedua, kekerasan anak secara psikis, seperti berkata-kata kotor atau kasar, dan memperlihatkan buku atau film pornografi pada anak.
     Ketiga, kekerasan anak secara seksual. Kekerasan ini berupa perlakuan seksual melalui kata, gambar ataupun perlakuan seksual secara langsung (pemerkosaan) antara anak dan orang tua. Keempat, kekerasan anak secara sosial. Kekerasan anak secara sosial berupa penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap orangtua yang tidak memberikan perhatian yang cukup bagi anaknya dalam proses pertumbuhan. Eksploitasi anak adalah suatu perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua atau masyarakat (Huraerah, 2007).

Ciri-ciri Anak yang Mengalami Kekerasan.
     Sebagian besar anak yang menjadi korban kekerasan memiliki beberapa perilaku atau bekas luka yang tidak wajar. Beberapa ciri anak yang mengalami kekerasan, yaitu (a) anak menjadi takut untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan orang tua atau orang lain, (b) anak akan menjadi lebih sensitif dalam menerima kritik dari orang lain, (c) anak akan cepat marah, (d) anak berubah menjadi pendiam atau pemurung, dan (e) seorang anak memiliki bekas luka memar di tubuh.

Penyebab Kekerasan
     Kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Huraerah (2007), kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat. Beberapa penyebab kekerasan dari faktor internal, yaitu (a) anak mengalami cacat tubuh, (b) gangguan mental, (c) anak memiliki temperamen lemah, dan (d) anak yang terlalu bergantung pada orang tua. Dalam faktor internal, anak memiliki kekurangan dan sangat bergantung pada orangtua sehingga orangtua sering merasa capek atau kesal pada anaknya. Keadaan ini membuat orangtua yang tidak dapat menahan rasa amarah dapat melakukan kekerasan pada anaknya sendiri (citation).
     Sedangkan, beberapa penyebab faktor eksternal, yaitu (a) keluarga pecah (broken home), (b) kemiskinan keluarga, (c) anak yang tidak diinginkan, (d) orang tua yang masa kecilnya diperlakukan dengan tidak baik cenderung melakukan yang sama terhadap anaknya, (e) gangguan mental pada orangtua, dan (f) pandangan terhadap nilai anak rendah. Dalam hal ini, keadaan orang tua sangat berpengaruh pada anak. Orangtua yang mengalami masa kecil diperlakukan tidak baik akan berpengaruh terhadap anaknya yang cenderung akan diperlakukan sama seperti orangtuanya dulu. Anak yang orangtuanya berpisah atau bercerai juga dapat menimbulkan kekerasan pada anak karena suami dan istri dalam keadaan emosi yang tidak stabil harus tetap mengurusi anak mereka dan tetap bertanggung jawab terhadap anaknya (Huraerah, 2007).
   
Dampak Kekerasan
     Menurut Dyah (2012) kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orangtua memiliki beberapa dampak yaitu dampak fisik, sosial, dan psikis. Pertama, dampak fisik yang menyebabkan luka memar yang dapat menimbulkan suatu penyakit ataupun trauma dibagian-bagian tertentu yang mengalami kekerasan. Dampak ini sangat merugikan si anak dan jika perlakuan fisik yang terus menerus orangtua lakukan akan berujung pada kematian. Kedua, dampak sosial bagi anak yang mengalami kekerasan akan dikucilkan di lingkungan sekitarnya. Adanya perlakuan lain yang timbul adalah munculnya sebutan atau julukan bagi si anak yang mengalami kekerasan ini. Julukan ini akan membuat anak menjadi tidak percaya diri dan tidak mau bergaul dengan teman sekitarnya.
     Ketiga, dampak  psikis adalah dampak kekerasan yang membuat terguncangnya psikologis anak atau kondisi jiwanya. Dampak psikis tidak mudah untuk diketahui apakah si anak mengalami kekerasan oleh orangtuanya atau tidak. Anak yang menjadi korban kekerasan psikologis dapat bereaksi dengan menjauhkan diri dari lingkungan sekitarnya karena tidak merasa  nyaman (Dyah, 2012).
     Trauma adalah keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Kerusakan jiwa ini yang akan terlihat pada saat anak di hadapkan pada kondisi tertentu. Kondisi di mana ia pernah merasakan kekerasan, anak akan merasa tidak nyaman dan aman cenderung akan menghindari kondisi tersebut.
     Stres adalah gangguan atau kekaacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar atau ketegangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Anak yang mengalami stress akibat kekerasan cenderung merasa cemas ataupun jenuh dengan hidupnya. Keadaan ini membuat terhambatnya perkembangan anak dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak kedepannya. Menurut Hofeller dan Rossa (dikutip dalam Nugroho, 2003), “efek kekerasan terhadap psikologi anak adalah anak yang masih kecil sering susah tidur dan bangun di tengah malam menjerit ketakutan” (h. 17).

Cara Menanggulangi
     Menurut Huraerah (2007), dalam upaya untuk mengurangi kekerasan yang marak terjadi, ada beberapa langkah yang diambil untuk memulihkan anak-anak korban kekerasan. Pertama, penyediaan dokter secara cuma-cuma untuk anak korban kekerasan yang kurang dijaga kesehatannya dan konsultasi psikologi secara gratis agar anak-anak dapat berkonsultasi dan diberikan pembelajaran sehingga terhindar dari tindak kekerasan. Kedua, membentuk LSM dalam pencegahan dan pemulihan anak korban kekerasan. Ketiga, melakukan kampanye kepada masyarakat agar masyarakat khususnya orangtua tidak melakukan tindak kekerasan pada anaknya.
     Keempat, memberikan penanganan khusus pada anak yang menjadi korban kekerasan. Mendatangi secara langsung korban dan memberikan perhatian langsung agar merasa dirinya masih ada yang peduli. Kelima, pelatihan dan pendidikan kesehatan agar korban mengetahui kekerasan yang dilakukan oleh orangtuanya dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya. Anak pun dapat menghindari kekerasan yang dilakukan orangtuanya dan mengurangi kekerasan yang terjadi di lingkungan sekitar. Keenam, memberikan pembelajaran kepada orangtua agar tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya dan lebih menyayangi anak mereka. (Huraerah, 2007)

Kesimpulan
     Tindak kekerasan yang sering terjadi dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Kesehatan fisik dan mental bagi anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan dirinya dan kelangsungan hidup kedepannya. Anak yang mengalami kekerasan sering kali disiksa, diracuni, dipukuli dan sebagainya. Kekerasan yang dilakukan oleh orangtua kepada anak yang belum dapat mengerti apa alasan ia diperlakukan demikian, dapat berdampak buruk terhadap masa depannya. Anak dapat menganggap perlakuan itu memang pantas dilakukan sehingga ia dapat berbuat hal yang sama dengan teman atau orang lain.
     Jika anak sudah mencontoh perbuatan itu, maka teman-temannya akan mencela atau memusuhi anak itu. Ejekan atau celaan yang dilontarkan teman-teman itu cenderung membuat si anak menyendiri dan tidak mau berbaur dengan teman sebayanya lagi atau lebih parahnya si anak akan berperilaku lebih kasar dari yang sebelumnya. Peran orangtua dalam pertumbuhan anak sangat berpengaruh. Orangtua yang memiliki anak seharusnya membimbing dan menyayangi anak mereka agar dapat menjadi pribadi yang baik.

Daftar Pusaka

Dyah, N. (2012). Kekerasan pada anak. Diunduh dari: http://meetdoctor.com/article/kekerasan-terhadap-anak.
Huraerah, A. (2007). Child abuse. Bandung: Nuansa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. ([KBBI], 2013). Trauma. http://kbbi.web.id/trauma

Kamus Besar Bahasa Indonesia. ([KBBI], 2013). Stres. http://kbbi.web.id/stres

Suyanto, B. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group.

Sunday, November 3, 2013

Kemacetan di Jakarta

Nama: Febe Bianca C.
NIM: 705130119
Kemacetan di Jakarta

Definisi Kemacetan
     “Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan” (Wikipedia, 2013, para. 1). Ini berarti kemacetan adalah suatu keadaan yang tersendat di mana banyaknya kendaraan yang melewati suatu jalan yang memiliki kapasitas kecil. Kemacetan menjadi masalah besar yang hampir setiap hari selalu terjadi di berbagai jalan di Jakarta.

Penyebab Kemacetan
     Banyak faktor yang dapat menyebabkan kemacetan. Salah satunya adalah kepadatan penduduk yang tidak terkontrol. Kepadatan penduduk dapat menimbulkan banyaknya keinginan warga untuk membeli kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat. Faktor penyebab kemacetan yang paling sering terjadi antara lain faktor kurang tertibnya pengguna jalan, faktor kendaraan pribadi yang berlebihan, faktor penyalahgunaan sarana jalan oleh pedagang kaki lima, dan faktor banyaknya angkutan umum. (Wikipedia, 2013, para. 2)
    
     Faktor kurang tertibnya pengguna jalan. Dalam menggunakan sarana jalan, para pengemudi kendaraan harus memakai sarana jalan dengan tertib. Kurang tertibnya pengguna jalan, antara lain (a) berpindah jalur seenaknya, (b) kendaraan yang tidak melaju dijalurnya, dan (c) kurang yakin dalam mengemudikan kendaraan (“Kelakuan Kita Adalah penyebab Kemacetan Lalu Lintas,” 2013). Kendaraan yang berpindah jalur seenaknya sangat berdampak buruk pada pengguna kendaraan lain. Salah satunya dapat menyebabkan kemacetan dan lebih parahnya lagi dapat menyebabkan kecelakaan (“Kelakuan Kita adalah Penyebab Kemacetan Lalu Lintas,” 2013).
     Kendaraan yang melaju bukan pada jalurnya juga dapat menyebabkan kemacetan dan kecelakaan karena adanya kendaraan lain dari jalur sebaliknya. Kendaraan roda dua yang sering menyelip di setiap celah kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua yang melewati trotoar untuk mendahului kendaraan di depannya. Kurang yakin dalam mengemudikan kendaraan juga menjadi faktor kurang tertibnya pengguna jalan. Pengendara kendaraan bingung untuk menentukan mana jalan yang ingin diambil akan membuat kendaraan di belakangnya menjadi bingung dan dapat menyebabkan kemacetan (“Kelakuan Kita Adalah Penyebab Kemacetan Lalu Lintas,” 2013).

     Faktor kendaraan pribadi yang berlebihan. Padatnya penduduk di Jakarta menimbulkan keinginan warga untuk memiliki kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat. Membeli kendaraan pribadi jaman sekarang mudah dijangkau karena harga yang murah dan relative gampang untuk mendapatkan kendaraan. “Jokowi membenarkan jika mobil pribadi menjadi sumber kemacetan di Ibu Kota. Penyebabnya adalah mudahnya warga membeli mobil dengan harga murah” (“Jokowi akui mobil murah jadi penyebab kemacetan Jakarta,” 2013, september).

     Faktor Penyalahgunaan sarana jalan oleh pedagang kaki lima. Jalan yang seharusnya dilewati oleh kendaraan roda dua dan roda empat, menjadi tempat jualan para pedagang kaki lima. Keadaan ini menimbulkan kapasitas jalan yang sudah minim menjadi lebih kecil lagi sehingga menyebabkan kemacetan. Ditambah lagi trotoar yang digunakan untuk para pejalan kaki dipenuhi oleh para pedagang sehingga para pejalan kaki harus melewati jalan raya untuk melewati para pedagang kaki lima tersebut (“Polisi Segera Tindak Penyalahgunaan Trotoar,” 2012).
    
     Faktor banyaknya angkutan umum. “Penyebab macet menurut masyarakat yang sehari-hari merasakan di lapangan dan tidak berdasar hitungan diatas meja atau perbincangan elit yakni angkot ngetem sembarangan. Populasi angkot yang besar sudah menyimpang. Selama masih ada angkot, jangan harap Jakarta bebas macet” (Angkot Ngetem Jadi Penyebab Macet Jakarta, 2012, Juli). Angkutan umum (angkot) yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kemacetan, seperti angkot yang ngetem sembarangan, angkot yang menurunkan penumpang sembarangan dan angkot yang berada di jalur cepat tiba-tiba berpindah jalur seenaknya. Hal-hal yang dilakukan oleh angkutan umum ini dapat menyebabkan jalanan menjadi macet.


Dampak kemacetan
     Kemacetan memiliki dampak yang sangat merugikan bagi warga Jakarta. Pertama, dampak negatif kemacetan adalah kerugian waktu yang dialami oleh para pengendara kendaraan sehingga para pengendara telat datang kerja atau para pelajar telat datang ke sekolah. Kedua, borosnya pemakaian bahan bakar kendaraan karena terlalu lama terkena kemacetan. Ketiga, polusi udara yang ditimbulkan dari kendaraan. Keempat, mengganggu kelancaraan kendaraan darurat, seperti ambulans, pemadam kebakaran, dan sebagainya (Wikipedia, 2013).










Daftar Pusaka

Afrianti, D. & Ruqoyah, S. (2012). Polisi Segera Tindak Penyalahgunaan Trotoar. http://m.news.viva.co.id/news/read/287651-polda--pelanggar-trotoar-akan-ditindak .

Anneahira. 2013. Kelakuan Kita adalah Penyebab Kemacetan Lalu Lintas. http://www.anneahira.com/penyebab-kemacetan-lalu-lintas.htm .

Merdeka Jakarta News Feeds. (2013). Jokowi Akui Mobil Murah Jadi Penyebab Kemacetan Jakarta. http://berita.plasa.msn.com/nasional/merdeka/jokowi-akui-mobil-murah-jadi-penyebab-kemacetan-jakarta .

Prabowo, D. S. (2012). Angkot Ngetem Jadi Penyebab Macet Jakarta. http://m.tribunnews.com/metropolitan/2012/07/01/angkot-ngetem-jadi-penyebab-macet-jakarta .

Tribun news. (2013). Mobil Ternyata Bukan Penyebab Utama Kemacetan di Jakarta. Diunduh dari http://id.berita.yahoo.com/mobil-ternyata-bukan-penyebab-utama-kemacetan-di-jakarta-090136090.html .

Wikipedia. (2013). Kemacetan. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan#Penyebab_kemacetan


Wirakusuma, K. Y., (2013). Kemacetan Jakarta yang Kian Kronis. http://jakarta.okezone.com/read/2013/06/10/500/819449/redirect