Nama:
Febe Bianca C.
NIM:
705130119
Kekerasan yang Dilakukan Orangtua dapat
Mempengaruhi Psikologis Anak
Kekerasan pada
anak yang dilakukan oleh orangtua sering kali terjadi di lingkungan sekitar.
Anak memiliki hak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Orangtua
seharusnya membimbing dan berperilaku baik untuk dicontoh oleh anak. Kekerasan
dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor dari dalam diri si anak dan faktor
dari orangtua atau lingkungan sekitar. Kekerasan yang dilakukan pada anak harus
segera diatasi agar masa depan anak menjadi lebih baik.
Definisi Kekerasan
Menurut Baker (dikutip dalam Huraerah, 2007) “kekerasan adalah perilaku tidak layak yang
mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik
yang dialami individu maupun kelompok” (h. 47). Ini berarti kekerasan adalah
suatu perilaku yang merugikan dan membahayakan orang lain. Perilaku kekerasan
ini sering dilakukan orangtua terhadap anaknya. Gelles (dikutip dalam Huraerah,
2007) mengemukakan bahwa “kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja
yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun
emosional” (h. 47). Orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anaknya sangat
berdampak buruk pada kehidupan anak di kemudian hari.
Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Anak
Menurut Huraerah (2007)
kekerasan terhadap anak dibagi menjadi empat bentuk. Pertama, kekerasan anak
secara fisik adalah penganiayaan atau pemukulan terhadap anak, dengan atau
tanpa menggunakan alat-alat yang dapat menimbulkan luka fisik ataupun kematian
pada anak. Biasanya kekerasan ini terjadi disebabkan oleh tingkah laku anak
yang tidak disukai oleh orangtuanya, seperti anak rewel, menangis terus,
merusak barang, ingin membeli mainan, buang air atau muntah sembarangan. Kedua,
kekerasan anak secara psikis, seperti berkata-kata kotor atau kasar, dan
memperlihatkan buku atau film pornografi pada anak.
Ketiga, kekerasan anak secara seksual.
Kekerasan ini berupa perlakuan seksual melalui kata, gambar ataupun perlakuan
seksual secara langsung (pemerkosaan) antara anak dan orang tua. Keempat,
kekerasan anak secara sosial. Kekerasan anak secara sosial berupa penelantaran
anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap orangtua yang tidak
memberikan perhatian yang cukup bagi anaknya dalam proses pertumbuhan.
Eksploitasi anak adalah suatu perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang
dilakukan oleh orangtua atau masyarakat (Huraerah, 2007).
Ciri-ciri Anak yang Mengalami Kekerasan.
Sebagian besar anak yang menjadi korban kekerasan memiliki
beberapa perilaku atau bekas luka yang tidak wajar. Beberapa ciri anak yang
mengalami kekerasan, yaitu (a) anak menjadi takut untuk berkomunikasi atau
berhubungan dengan orang tua atau orang lain, (b) anak akan menjadi lebih
sensitif dalam menerima kritik dari orang lain, (c) anak akan cepat marah, (d) anak
berubah menjadi pendiam atau pemurung, dan (e) seorang anak memiliki bekas luka
memar di tubuh.
Penyebab Kekerasan
Kekerasan yang dilakukan orang tua
terhadap anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Huraerah (2007),
kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal
dari anak sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga
dan masyarakat. Beberapa penyebab kekerasan dari faktor internal, yaitu (a)
anak mengalami cacat tubuh, (b) gangguan mental, (c) anak memiliki temperamen
lemah, dan (d) anak yang terlalu bergantung pada orang tua. Dalam faktor
internal, anak memiliki kekurangan dan sangat bergantung pada orangtua sehingga
orangtua sering merasa capek atau kesal pada anaknya. Keadaan ini membuat orangtua
yang tidak dapat menahan rasa amarah dapat melakukan kekerasan pada anaknya sendiri
(citation).
Sedangkan, beberapa penyebab faktor
eksternal, yaitu (a) keluarga pecah (broken
home), (b) kemiskinan keluarga, (c) anak yang tidak diinginkan, (d) orang
tua yang masa kecilnya diperlakukan dengan tidak baik cenderung melakukan yang
sama terhadap anaknya, (e) gangguan mental pada orangtua, dan (f) pandangan
terhadap nilai anak rendah. Dalam hal ini, keadaan orang tua sangat berpengaruh
pada anak. Orangtua yang mengalami masa kecil diperlakukan tidak baik akan
berpengaruh terhadap anaknya yang cenderung akan diperlakukan sama seperti
orangtuanya dulu. Anak yang orangtuanya berpisah atau bercerai juga dapat
menimbulkan kekerasan pada anak karena suami dan istri dalam keadaan emosi yang
tidak stabil harus tetap mengurusi anak mereka dan tetap bertanggung jawab
terhadap anaknya (Huraerah, 2007).
Dampak Kekerasan
Menurut Dyah (2012) kekerasan pada anak
yang dilakukan oleh orangtua memiliki beberapa dampak yaitu dampak fisik,
sosial, dan psikis. Pertama, dampak fisik yang menyebabkan luka memar yang
dapat menimbulkan suatu penyakit ataupun trauma dibagian-bagian tertentu yang
mengalami kekerasan. Dampak ini sangat merugikan si anak dan jika perlakuan
fisik yang terus menerus orangtua lakukan akan berujung pada kematian. Kedua,
dampak sosial bagi anak yang mengalami kekerasan akan dikucilkan di lingkungan
sekitarnya. Adanya perlakuan lain yang timbul adalah munculnya sebutan atau
julukan bagi si anak yang mengalami kekerasan ini. Julukan ini akan membuat
anak menjadi tidak percaya diri dan tidak mau bergaul dengan teman sekitarnya.
Ketiga, dampak psikis adalah dampak kekerasan yang membuat
terguncangnya psikologis anak atau kondisi jiwanya. Dampak psikis tidak mudah
untuk diketahui apakah si anak mengalami kekerasan oleh orangtuanya atau tidak.
Anak
yang menjadi korban kekerasan psikologis dapat bereaksi dengan menjauhkan diri
dari lingkungan sekitarnya karena tidak merasa
nyaman (Dyah, 2012).
Trauma adalah keadaan
jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau
cedera jasmani (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Kerusakan
jiwa ini yang akan terlihat pada saat anak di hadapkan pada kondisi tertentu.
Kondisi di mana ia pernah merasakan kekerasan, anak akan merasa tidak nyaman
dan aman cenderung akan menghindari kondisi tersebut.
Stres
adalah gangguan atau kekaacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh
faktor luar atau ketegangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Anak yang mengalami
stress akibat kekerasan cenderung merasa cemas ataupun jenuh dengan hidupnya. Keadaan
ini membuat terhambatnya perkembangan anak dan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan anak kedepannya. Menurut
Hofeller dan Rossa (dikutip dalam Nugroho, 2003), “efek kekerasan terhadap
psikologi anak adalah anak yang masih kecil sering susah tidur dan bangun di
tengah malam menjerit ketakutan” (h. 17).
Cara Menanggulangi
Menurut Huraerah (2007), dalam upaya untuk
mengurangi kekerasan yang marak terjadi, ada beberapa langkah yang diambil
untuk memulihkan anak-anak korban kekerasan. Pertama, penyediaan dokter secara
cuma-cuma untuk anak korban kekerasan yang kurang dijaga kesehatannya dan
konsultasi psikologi secara gratis agar anak-anak dapat berkonsultasi dan
diberikan pembelajaran sehingga terhindar dari tindak kekerasan. Kedua,
membentuk LSM dalam pencegahan dan pemulihan anak korban kekerasan. Ketiga,
melakukan kampanye kepada masyarakat agar masyarakat khususnya orangtua tidak
melakukan tindak kekerasan pada anaknya.
Keempat, memberikan penanganan khusus pada
anak yang menjadi korban kekerasan. Mendatangi secara langsung korban dan
memberikan perhatian langsung agar merasa dirinya masih ada yang peduli.
Kelima, pelatihan dan pendidikan kesehatan agar korban mengetahui kekerasan
yang dilakukan oleh orangtuanya dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya.
Anak pun dapat menghindari kekerasan yang dilakukan orangtuanya dan mengurangi
kekerasan yang terjadi di lingkungan sekitar. Keenam, memberikan pembelajaran
kepada orangtua agar tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya dan lebih
menyayangi anak mereka. (Huraerah, 2007)
Kesimpulan
Tindak kekerasan yang sering terjadi dapat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Kesehatan fisik dan mental bagi anak
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dirinya dan kelangsungan hidup
kedepannya. Anak yang mengalami kekerasan sering kali disiksa, diracuni,
dipukuli dan sebagainya. Kekerasan yang dilakukan oleh orangtua kepada anak
yang belum dapat mengerti apa alasan ia diperlakukan demikian, dapat berdampak
buruk terhadap masa depannya. Anak dapat menganggap perlakuan itu memang pantas
dilakukan sehingga ia dapat berbuat hal yang sama dengan teman atau orang lain.
Jika anak sudah mencontoh perbuatan itu,
maka teman-temannya akan mencela atau memusuhi anak itu. Ejekan atau celaan
yang dilontarkan teman-teman itu cenderung membuat si anak menyendiri dan tidak
mau berbaur dengan teman sebayanya lagi atau lebih parahnya si anak akan
berperilaku lebih kasar dari yang sebelumnya. Peran orangtua dalam pertumbuhan
anak sangat berpengaruh. Orangtua yang memiliki anak seharusnya membimbing dan
menyayangi anak mereka agar dapat menjadi pribadi yang baik.
Daftar
Pusaka
Dyah, N. (2012). Kekerasan
pada anak. Diunduh dari: http://meetdoctor.com/article/kekerasan-terhadap-anak.
Huraerah, A. (2007). Child abuse. Bandung: Nuansa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. ([KBBI], 2013).
Trauma. http://kbbi.web.id/trauma
Suyanto, B. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group.
What is the best way to make money with Bitcoin? - Work
ReplyDeleteThe youtube to mp3 Best Bitcoin Bookmakers · หารายได้เสริม 1. Ignition · 2. Bet365 · 3. 888sport · 샌즈카지노 4. 888sport. Bet365